Untuk itu, Ari Tulang harus bekerja keras menjaga stamina timnya.
Pas latihan sudah setiap hari pemanasan, lari keliling Gelora Bung Karno. Karena kami sadar perlu banyak energi untuk pementasan ini. Jadi kalau latihan pemanasan olah tubuh 1 jam, olah suara 1 jam juga. Pas tampil, kami siapkan vitamin, ada dokter yang mendampingi. Bahkan ada tukang urut yang selalu standby, ujarnya setelah pentas Gladi Resik, Minggu, (10/4).
Menampilkan ulang novel yang populer di tahun 70-an, merupakan tantangan tersendiri.
Ada 12 scene, dengan set beda setiap scene-nya. Konsepnya retro, tahun 70-an tapi nggak jadul banget. Apalagi sekarang mode tahun 70-an on lagi. Trus pakai motor di panggung juga karena mendekatkan Ali Topan di novel, jelas Ari Tulang.
Lebih lanjut Ari menyebut tantangan dalam musikal ini adalah menjaga emosi pemain. Karena karakter orang di sini beda dengan kesehariannya. Itu tantangannya, imbuhnya.
Suguhan musik beragam genre dengan dasar rock, membuat pertunjukan ini menyenangkan. Sementara pilihan ending dengan bunuh diri, bagi Ari merupakan pengembangan dari novelnya.
Kita nggak bisa menyenangkan semua orang, suka nggak suka terserah penonton. Mendengarkan suara yang dinyanyikan memang butuh konsentrasi khusus. Nggak ada alasan khusus saat menentukan ending. Kami memang dari awal ingin unhappy ending. Di novel juga unhappy, tapi kita buat dengan bunuh diri, tutupnya. (kpl/uji/bun)
No comments:
Post a Comment