“Ya, ada Puskesmas, buka sekali 2 minggu, yang ada mantri bukan dokter. Dia datang menimbang bayi 2 minggu sekali. Sekolah hanya sampai kelas 3 SD. Betapa bodoh kita, bodoh membuat kita malas. Sayang sekali,” ujar Jajang saat ditemui di roadshow Film BATAS di TIM, Jakarta Pusat, Sabtu (2/4).
Pun juga dengan sarana informasi, masyarakat di Entikong sangat terbatas dalam menikmati siaran televisi. Bagi mereka, listrik ibarat barang mewah.
“Mereka ada teve, tapi teve mereka pakai diesel. Setiap rumah ada parabola, cuma tidak semua punya diesel, jadi mereka nyalain TV 2-3 jam aja sehari. Abis itu dimatiin. Listrik itu barang mewah,” tandas istri almarhum Arifin C Noer itu.
Walau serba kekurangan, Jajang yang tinggal di pedalaman Entikong kurang lebih selama seminggu, mengaku sangat terkesan dengan pola kehidupan Suku Dayak di sana.
“Pasti. Yang lebih terkenang, mereka nggak norak, mereka santun. Mereka terima kita dengan baik sekali. Mereka kreatif karena bisa makan apa aja,” tandasnya. (kpl/uji/bun)

No comments:
Post a Comment