“Pendekatannya harus pelan-pelan. Yang kita khawatir kan kalau dipaksa ini anak melarikan diri atau melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, padahal statusnya dalam perlindungan kita (LPSK). Kami kan takut juga,” kata Lies saat ditemui di lantai 4 Gedung LPSK, Jumat (15/4).
Lies menambahkan jika pihaknya selalu mengawasi perkembangan psikologis Arumi, baik itu melalui obrolan maupun aktivitasnya. Apalagi jika Arumi melihat kabar yang berkaitan dengan kasusnya di televisi.
“Arumi suka memperhatikan tayangan televisi juga. Makanya jadi semakin ‘kok orang tua saya begitu ya?’ Jadi dia tahu bagaimana kemarahan orang tuanya dan ini anak (Arumi) makin takut kalau menurut saya,” tandas Lies.
“Bayangin sekian bulan dia di lindungi di rumah aman, masa nggak boleh nonton TV? Dia bebas nonton, baca buku. Ibarat di sebuah rumah ya dia menikmati lingkungan dengan leluasa tapi ada batasannya, ada prosedurnya. Dia tidak bisa berkomunikasi dengan semua orang kecuali melalui LPSK,” imbuhnya.
Lebih jauh, ditegaskan oleh Lies bahwa Arumi merasa lelah dengan pemberitaan yang terus mengekspos kasusnya, termasuk penilaian negatif soal LPSK.
“Arumi bilang dia kecewa dengan pemberitaannya di media, ‘kasihan ya LPSK jadi dinilai negatif. Jadi nggak enak sama LPSK’,” tutup Lies. (kpl/ato/bun)
No comments:
Post a Comment