sekolah musik untuk mencetak penyanyi dan musisi yang memiliki kualitas.
Keseriusan bapak dari tiga anak ini dalam mengasah kemampuan anak didiknya yakni dengan mengikutsertakan mereka di ajang-ajang yang bertaraf internasional. Namun usahanya tersebut tidak selalu berjalan mulus.
Hal tersebut dikarenakan biaya untuk memberangkatkan timnya itu untuk ikut dalam sebuah festival selalu mengalami hambatan. Beberapa undangan festival sempat ditolaknya karena faktor pendanaan.
“Kemarin waktunya hanya 3 minggu dan itu waktu yang sangat mepet. Sejak tahun 2008 kita selalu dikontak untuk mengikuti festival dan kita jawab negatif, karena faktor dana. Apalagi di Eropa dan cari sponsor juga susah. Untuk tahun ini ada opsi boleh berangkatkan satu orang, makanya saya berangkatkan,” papar pria kelahiran Beograd, Yugoslavia, 51 silam itu.
Meski tidak mendapat sokongan dana dari berbagai pihak, Purwa tidak menyerah begitu saja. Untuk ajang Global Education Festival di Sanremo, Itali, 2011 ini, Purwa tetap memberangkatkan anak didiknya yang bernama Asya Sherina dengan biaya sendiri. Tak sia-sia, Asya mendapat penghargaan khusus dari panitia di ajang tersebut.
“Ya sangat disayangkan kalau kita punya penyanyi berbakat tapi tidak disertakan dalam ajang ini. Ada semacam konflik batin kalau hanya karena faktor finansial kita harus memilih penyanyi yang hanya mempunyai kemampuan finansial, bukan kemampuan vokal,” tandasnya. (kpl/hen/bun)
No comments:
Post a Comment